Syarat Hidup Anthurium
Tanaman
anthurium termasuk tanaman yang bandel dan tidak manja. Jadi, memiliki
dan merawat tanaman anthurium tidak repot. Tanaman ini, misalnya, tak
butuh pemangkasan seperti pada tanaman cemara udang. Juga tak terlalu
digemari kutu atau hama seperti pada tanaman sikas.
Anthurium juga dikenal sebagai tanaman dari keluarga arracae yang paling mudah beradaptasi dengan lingkungan.
Yang paling penting, jangan abaikan beberapa persyaratan hidup dibawah ini:
A. LOKASI:
Pada
dasarnya, di Indonesia, tanaman anthurium dapat beradaptasi dengan
baik di segala tempat: baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.
Namun untuk menjamin pertumbuhan anthurium yang bagus, daerah atau
lingkungan tumbuh ideal bagi anthurium adalah di dataran menengah
(medium) sampai dataran tinggi (antara 600 m – 1.400 m dpl).
B. SUHU:
Anthurium
daun tumbuh ideal di dataran sedang yang bersuhu 24—28º C pada siang
hari dan 18—21º C pada malam hari. Karena pada suhu tersebut menyebabkan
perangsangan produksi klorofil (zat hijau daun) lebih banyak, sehingga
warna daunnya menjadi lebih hijau. Namun, tanaman yang gampang
perawatannya ini juga dapat beradaptasi dengan baik di daerah dataran
rendah yang bersuhu 28—31º C pada siang hari dan 21—25º C pada malam
hari.
C. KELEMBABAN:
Kelembapan
adalah jumlah kandungan air di udara pada suatu lokasi. Anthurium dapat
hidup pada kelembapan cukup tinggi, yakni 60—80%. Kalau kelembapan
kurang dari 60%, tanaman akan cepat layu. Sedangkan, jika kelembapan
lebih dari 80% akan memicu tumbuhnya jamur pada media sehingga mengancam
kesehatan tanaman. Penyiraman pada tanah atau semprotan air yang lembut
pada tanaman dapat meningkatkan kelembapan. Untuk mengukur kelembaban, gunakan Higrometer, alat pengukur suhu, yang bisa dibeli di toko2/ apotek di kota anda.
D. SINAR MATAHARI:
Sebagai
tanaman yang hidup di daerah menengah dan tinggi, Anthurium tidak tahan
terhadap panas matahari langsung. Tanaman anthurium yang menerima sinar
matahari secara langsung atau berlebihan akan mengalami dehidrasi:
daun-daunnya mongering atau hangus terbakar.
Sebaliknya bila kekurangan cahaya juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Misalnya, daun menjadi pucat atau lemas.
Yang ideal, anthurium membutuhkan tempat yang semi teduh (semi naungan). Kira-kira, lingkungan yang menerima sinar matahari dengan intensitas cahaya sekitar 30-60 %.
Jika Anda tinggal di dataran rendah seperti Jakarta, atau Surabaya, sebaiknya menggunakan shading net, yang berukuran 65% atau jika lokasi Anda di dataran menengah bisa menggunakan shading net berukuran 55%.
E. ANGIN DAN SIRKULASI UDARA:
Angin
dan sirkulasi udara berkaitan erat dengan hal-hal yang sudah sebut di
atas. Dalam kondisi suhu udara meninggi, maupun rendah sirkulasi udara
bisa menjaga kestabilan kelembaban.
F. AIR:
Seperti
halnya pada tanaman lain, air merupakan unsur penting untuk pembentukan
akar, cabang, daun dan bunga. Namun dalam soal air, bagi Anthurium bisa
dibilang, “malu-malu tapi mau”. Tepatnya, dia membutuhkan media tanam
yang lembab. Penyiraman hanya dilakukan bila media telah kering. Media
yang becek tergenang air, tidak bersahabat bagi tanaman ini. Kebanyakan
air siraman, bisa membuat anthurium celaka, karena akar anthurium
membusuk.
Penyiraman sebaiknya dilakukan dua hari sekali hanya bila cuaca panas atau pada musim kemarau. Tapi bila musim hujan, lihat kondisi dulu. Kalau media masih basah, penyiraman tidak perlu dilakukan.
Kalau bisa, selalu gunakan air yang bersih dan bebas dari pencemaran.
G. MEDIA TANAM:
Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anthurium.
1. Syarat Media Tanam
- Derajat
keasaman (pH) media tanam yang ideal bagi anthurium adalah 6—7. Namun,
anthurium masih mungkin hidup di media ber-pH 5,5 atau 6,5. Pada pH 7
atau netral, anthurium dapat tumbuh optimal karena ketersediaan unsur
hara pada media terpenuhi dan ada jaminan kemampuan akar dalam menyerap
nutrisi atau zat hara. Angka pH sangat penting karena berpengaruh pada
kandungan unsur hara di media. Media disebut masam (tanda media miskin
hara) jika angka pH di atas 7, dan disebut basa jika pH ada di bawah
angka 7. Pada kondisi media asam, . umumnya cendawan lebih mudah tumbuh,
meski ada juga cendawan yang tumbuh pada media ber-pH netral atau
sedikit basa seperti jamur fusarium.
Cara untuk menaikkan pH media tanam, taburkan dolomit secara bertahap. Dolomit mengandung kalsium dan magnesium karbonat. Sebaliknya jika media dianggap terlalu basa, kita bisa menaburkan belerang pada media tanam. Cara yang paling praktis, ganti saja media tanamnya. - Porositas adalah kemampuan media dalam menyerap air. Tingkat porositas tanaman di setiap daerah berbeda-beda. Di daerah dataran rendah yang berudara panas, sehingga tingkat penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Sedangkan di daerah dataran sedang dan tinggi yang umumnya sering hujan, gunakan media berporositas tinggi atau tidak boleh mengikat air terlampau banyak. Komposisi media yang digunakan sangat menentukan tingkat porositasnya.
- Steril artinya media harus terbebas organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri, spora, jamur, dan telur siput. Cara melakukannya cukup gampang, ada yang mengukus media tanam, menjemur seharian di terik matahari, menyiram media dengan air panas, ada juga yang merebus pupuk kandang sebelum digunakan. Cara lainnya yang sering dipraktikkan adalah menebarkan Furadan atau Basamine G ke media tanam untuk meracuni semut atau cacing.
2. Jenis dan Komposisi Media Tanam
Bahan organik yang digunakan bisa berupa pupuk kandang, kompos, humus, cincangan pakis, serutan kayu, dan arang. Komposisi media yang digunakan bisa berbeda-beda untuk setiap petani atau nurseri, tergantung pada iklim setempat.
Bahan organik yang digunakan bisa berupa pupuk kandang, kompos, humus, cincangan pakis, serutan kayu, dan arang. Komposisi media yang digunakan bisa berbeda-beda untuk setiap petani atau nurseri, tergantung pada iklim setempat.
Berikut beberapa variasi komposisi media yang selama ini dianggap ideal.
- Pakis dan Sekam bakar (arang sekam) dengan perbandingan 1 : 4.
- Sekam bakar dan pupuk kandang yang difermentasi dengan perbandingan 1: 1.
- Cacahan pakis dan kadaka (1:1).
- Pakis, humus, dan pupuk kandang (1:1:1).
Fungsi masing-masing komponen media:
· Pakis
mempunyai rongga udara yang banyak, membuat akar tanaman bisa
berkembang dengan nyaman dan memperoleh air dengan mudah. Pakis dikenal
sebagai bahan campuran media yang bisa menyimpan air dalam jumlah cukup,
sekligus drainase dan aerasinya mantap. Daya tahannya sebagai bahan
media juga baik, yakni tidak mudah lapuk. Sangat layak digunakan di
daerah dengan curah hujan tinggi.
· Sekam bakar
dianggap memiliki daya serap terhadap air yang sedikit, tetapi aerasi
udaranya sangat baik. Sekam disarankan sebagai bahan campuran media,
tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah banyak akan
mengurangi kemampuan media dalam menyerap air
· Pupuk kandang,
baik berupa kotoran unggas atau ternak, atau humus dianggap memiliki
kandungan N yang sangat menunjang dalam pembentukan daun, menjadikan
daun lebih sehat dan segar serta membentuk sel dan jaringan pada
tanaman.
Disarankan,
setiap komponen dari media tersebut, disterilkan, guna menjaga tanaman
terhindar dari jamur dan bakteri. Sterilisasi yang lazim dilakukan
adalah dengan mengukus atau menyiram dengan air panas terlebih dulu
pada komponen-komponen tersebut.
(Dikutip dari buku Pesona Anthurium Daun karangan Kurniawan Junaedhie, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta)
Syarat Hidup Anthurium
antorium jemani farigata ecarel hebat ya mas
BalasHapus